ZAMAN pendudukan Belanda di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah tidak bisa dipisahkan dari Kecamatan Gombong. Wilayah yang terletak sekitar 20 kilometer seberat barat dari ibu kota Kebumen tersebut diyakini pernah dijadikan pusat kegiatan tentara penjajah dari negeri kincir air itu. Terbukti, di jalan Sapta Marga Gombong terdapat sebuah benteng peninggalan kolonial Belanda yang diberi nama Van der Wijck.
Berdasarkan cerita sejarah dari berbagai sumber, Benteng Van der Wijck dibangun pada awal abad 19 atau sekitar 1818 seiring meluasnya pemberontakan Pangeran Diponegoro di beberapa daerah. Pembangunan benteng ini adalah sebagai tempat pertahanan sekaligus perencanaan penyerangan di eks-Karisidenan Kedu Selatan.
Namun dalam versi lain, Benteng Van der Wijck dibangun pada 1844. Sebelum dibangun benteng, gedung ini awalnya merupakan kantor Kongsi Dagang VOC (Vereenigde Ootindische Compagnie). Lantaran kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro yang berpusat di Bagelen Selatan (sekarang kota Kebumen) cukup besar, Belanda mendatangkan tentaranya ke Gombong. Mereka kemudian ditempatkan di kantor Kongsi Dagang VOC.
Karena dijadikan pertahanan militer dalam menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro di wilayah Bagelen Selatan, pada 1844 akhirnya Belanda mulai membangun sebuah benteng di kantor Kongsi Dagang VOC tersebut. Empat tahun kemudian benteng ini baru selesai dibangun.
Dibandingkan dengan peninggalan Belanda lainnya, Benteng Van der Wijck mempunyai keunikan tersendiri. Bangunannya dua lantai dan berbentuk segi delapan berwarna merah bata. Ketinggian gedung 10 meter. Tebal dindingnya mencapai 1,4 meter dan tebal lantai 1,1 meter. Total luasnya bangunannya sekitar 7.170 meter persegi.
Lantai satu Benteng Van der Wijck mempunyai 4 pintu gerbang. Di dalamnya mempunyai 16 ruangan berukuran 18 x 6,5 meter, serta 27 ruang kecil dengan 72 jendela dan 63 pintu. Sedangkan di lantai dua terdapat 70 pintu penghubung dan 84 jendela.
Ruangan di lantai satu merupakan barak-barak yang dijadikan tempat istirahat bagi para tentara Belanda. Selain itu juga digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan amunisi persenjataan. Atap benteng juga dibuat dari bata merah, sangat kuat dan kokoh dibuat menyerupai bukit-bukit kecil digunakan sebagai tempat pertahanan sekaligus untuk mengintai lawan dari atas.
Setelah penjajah Belanda diusir dari bumi pertiwi dan Republik Indonesia mendapatkan kemerdekaannya, Benteng Van Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan Jepang yakni PETA sebagai pasukan tambahan menghadapi Sekutu. Di zaman itulah, seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaatkan untuk tentara Indonesia. Bahkan, semasa KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger), penguasa Orde Baru, Soeharto, menjadi salah satu penghuni benteng itu.
Sejak tahun 1950 hingga tahun 1984, benteng itu digunakan untuk barak tentara. Tahun 1984 menjadi tempat tinggal anggota TNI Angkatan Darat sampai tahun 2000. Namun sejak 5 Oktober 2000, bangunan peninggalan Belanda ini dikelola oleh pihak swasta PT Indo Power Makmur Sejahtera, untuk dijadikan objek wisata sejarah. Di dalamnya dibangun beberapa sarana permainan anak-anak. Seperti perahu angsa, kincir putar dan berbagai macam permainan anak lainnya.
Tak ketinggalan juga sebuah patung dinosaurus raksasa ikut dibangun untuk meramaikan suasana dan lebih mengakrabkan dengan dunia anak-anak. Bahkan sebuah stasiun kereta api mini dibangun di bagian atas benteng tepat di atas gerbang utama, memungkinkan pengunjung untuk mengitari sisi atas benteng dengan menggunakan kereta mini.
Sumber* Wikipedia, kebumen2013.com, dan beritakebumen.info