WeCreativez WhatsApp Support
Silakan Pilih Tim Support Kami sesuai Kebutuhan Anda, Dengan Senang Hati Kami Melayani Anda.
Hi, how can I help?

4 Fakta Menarik dari Pembangunan Jalan Daendels

jalan daendels

Halo, Sahabat Niagakita!

Siapa yang tak kenal Daendels, namanya begitu popular terutama bagi masyarakat yang sering lalu lalang dari Anyer ke Surabaya melalui jalur Pantura. Jalan Daendels, yang terpampang dari Anyer menuru Panarukan memiliki panjang ribuan kilometer itu dibuat oleh tangan dingin Herman Willem Daendels dengan kurun waktu 3 tahun saja (1808-1811).

Meskipun terkenal dengan status kerja paksanya, namun pembangunan jalan ini bisa dibilang sangat berguna dan berjasa, dimana jalan tersebut memiliki manfaat untuk memajukan perekonomian dan mempersingkat perjalanan pada masanya.

2 abad lebih paska pembangunan, Jalan Daendels masih eksis dan tetap digunakan hingga sampai sekarang. Dan mungkin ada beberapa orang yang belum mengetahui fakta-fakta pembangunan Jalan Daendels ini. Mengutip dari laman Historia.id, kami rangkumkan 5 fakta tentang pembangunan Jalan Daendels yang perlu kamu ketahui.

Fakta-fakta Pembangunan Jalan Daendels

Bukan Semata-mata Faktor Ekonomi

Menurut Pramoedya Ananta Toer (sastrawan), dalam pembangunannya Jalan Anyer-Batavia adalah prioritas utama  Daendels. Tujuan pembangunan jalan tersebut tidak lain adalah untuk mempercepat pergerakan tentaranya ke Batavia bila Inggris menyerbu Batavia.

Berbeda dengan Pramoedya Ananta Toer, mengutip dari Historia.id, Djoko Marihandono selaku Sejarawan dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa pembangunan jalan dari Anyer menuju Panarukan lebih diprioritaskan karena kepentingan ekonomi, kepentingan militer dinomor duakan.

“Daendels mengeluarkan besluit (keputusan) bahwa tujuan pembangunan jalan itu untuk dua kepentingan, yaitu membantu penduduk dalam mengangkut komoditas pertanian ke gudang pemerintah atau pelabuhan dan untuk kepentingan militer. Tapi, dia mendahulukan kepentingan pertama karena memang daerah di sekitar Bogor sangat subur dan menguntungkan bagi pemerintah kolonial. Namun, jalan dari Batavia hanya sampai Cisarua, dari Cisarua hanya jalan kecil, banyak belokan, dan sebagainya,” ujar Djoko, dikutip dari Historia.id.

Bukan Kerja Paksa, tapi Kerja Upah

Masih menurut Djoko Marihandono, pembuatan jalan dari Bogor-Cirebon dilakukan dengan sistem kerja upah, dimana Direktur Jenderal Keuangan Van Ijsseldijk menyiapkan dana yang cukup besar untuk upah para pekerja hingga mandor. Bukan hanya upah berupa uang, mereka juga menyiapkan peralatan dan konsumsi atau ramsum untuk pekerja dan mandor. Tidak tanggung-tanggung, Daendels diperkirakan menyiapkan uang sebanyak 30.000 ringgit beserta uang kertas.

“Sistem pembayarannya, pemerintah memberikan dana kepada para prefek (jabatan setingkat residen) lalu diberkan kepada para bupati. Ini buktinya ada. Sedangkan dari bupati ke para pekerja, tidak ada buktinya. Bisa jadi ada tapi belum saya temukan. Apakah para bupati membayarkannya atau tidak kepada pekerja, itu urusan lain. Jadi bukan kerja paksa karena diberi upah,” Ungkap Djoko.

Alasan Jalan Sampai Panarukan

Alasan pembangunan Jalan Daendels berujung di Panarukan bukan tanpa sebab, Daendels pernah berkunjung ke Surabaya pada bulan Agustus 1808 dan ketika sampai dia merasa bahwa jalanannya perlu diteruskan sampai ke ujung timur, yaitu Panarukan. Alasannya adalah karena daerah Ujung Timur berpotensi akan produk tanaman tropis seperti gula dan nila. Selain itu, Daendels juga berpikiran bahwa ada kemungkinan perariran di sekitar Selat Madura dapat dijadikan tempat pendaratan pasukan Inggris.

Pembangunan jalan menuru Panarukan pun akhirnya dilaksanakan pada bulan September 1808 yang ditanggungjawabi oleh F. Rothenbuhler selaku pemegang kekuasaan Ujung Timur.

Genosida Daendels

Tidak perlu diragukan lagi bahwa pembangunan jalan Daendels menyisakan sebuah perdebatan, dimana ada pihak yang menyanjung kinerja Daendels, namun adapula yang membencinya karena banyaknya korban yang ditimbulkan, tidak main-main, korban pembangunan Jalan Daendels diperkirakan mencapai 12.000 orang.

Menurut Pram, pembangunan Jalan Anyer-Panarukan ini merupakan salah satu genosida dalam sejarah kolonialisme di Indonesia. “Menurut sumber Inggris hanya beberapa tahun setelah kejadian Jalan Raya Pos memakan korban 12.000 orang,” tulis Pram.

Namun, di sisi lain, memang pembangunan Jalan Daendels ini telah memenuhi harapan Daendels dalam memberikan sarana ekonomi kolonial. Perjalanan Batavia-Surabaya yang awalnya memakan waktu hingga dua minggu, dapat dipersingkat menjadi 5-6 hari. Berkat adanya jalanan ini muncul kelompok sosial lain yaitu pedagang perantara serta meningkatnya pergerakan penduduk yang tentunya berpengaruh terhadap bidang-bidang ekonomi dan lainnya.

Demikian artikel tentang 4 Fakta Menarik dari Pembangunan Jalan Daendels. Untuk Sahabat Niagakita, jangan lupa untuk mengikuti kami di Facebook Niagakita dan mengunjungi website kami untuk mendapatkan artikel-artikel yang menarik setiap harinya. Kami juga menjual berbagai macam alat-alat pertanian seperti genset, traktor, diesel dan sparepart.

Salam, Niagakita!

Kunjungi Kami di :

Website     : Niagakita     |     Bukalapak   : Niagakita     |     Tokopedia   : Niagakita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *