Peluang dan Tantangan Bisnis Galangan Kapal
Tak hanya sebatas teori, industri galangan kapal memiliki banyak persoalan lapangan yang perlu diketahui oleh berbagai pihak yang berada di lingkungan kemaritiman. Membahas hal ini, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengundang PT Yasa Wahana Tirta Samudera (YWTS) pada Jumat (23/11) di Auditorium Pascasarjana ITS untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa.
Managing Director PT YWTS, Ir Musthofa MSc, menjelaskan bahwa proteksi pemerintah untuk perusahaan pelayaran kini sudah bagus. Semenjak dikeluarkannya Inpres No. 5 Tahun 2005 tentang adanya asas cabotage, kebijakan pelayaran di kawasan nusantara mengalami perubahan. “Dahulu yang semula semua kapal berbendera asing bisa bebas berlayar antar pelabuhan dan galangan kapal di Indonesia, saat ini dilarang melalui kebijakan tersebut,” tandasnya.
Setidaknya dengan berlakunya kebijakan ini, jumlah kapal berbendera Indonesia mengalami peningkatan tajam. Tercatat bahwa terjadi peningkatan sebesar 132 persen hingga tahun 2017 lalu. Hal ini merupakan sebuah peluang besar bagi kemajuan industri rancang bangun kapal (Ship building) dan perbaikan kapal (ship repairing) lokal.
Adapun tantangan terkini yang masih menghambat laju galangan kapal adalah pendanaan. Menurut Musthofa, Industri galangan kapal lokal agaknya masih kurang mendapat kepercayaan dari bank sebagai pemberi pinjaman dan kredit. “Banyak diantara bank umum yang masih berproses dalam menilai tingkat kompetitif dari galangan kapal. Hal ini menyebabkan pertumbuhan industri galangan kapal terhambat,” paparnya.
Namun beberapa tahun terakhir hambatan itu mulai berkurang dengan adanya sejumlah bank yang turut memberikan bantuan pendanaan. Namun bunga yang diberikan untuk galangan kapal masih saja terbilang tinggi. Musthofa kembali menerangkan bahwa hal ini dapat diatasi dengan kebijakan pemerintah khusus agar bunganya rendah seperti yang telah diterapkan di beberapa negara.
Selain itu, galangan kapal lokal masih menggantungkan pada impor dari negara China untuk komponen-komponen kapal. Nilai ini makin tinggi hingga mencapai 65 persen dari seluruh komponen kapal. Menurut Musthofa, pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih belum memberi tawaran produksi yang menarik bagi industri komponen kapal lokal untuk memproduksi komponennya sendiri.
Sembari menghadapi tantangan ini, galangan kapal lokal terus berupaya mengembangkan pertumbuhannya di Indonesia. PT YWTS sendiri berencana untuk membuka galangan kapal baru di Madura dengan nama Galangan Samudera Madura (GSM) di tahun 2019 mendatang. “Kami (industri galangan kapal) tetap berupaya agar galangan kapal tetap bertumbuh di kawasan-kawasan potensi di seluruh Indonesia,” terangnya.
Kepada para mahasiswa, Musthofa mendorong untuk lebih bersemangat dalam mengais ilmu, terlebih saat ini banyak fasilitas penunjang yang telah tersedia di kampus. Semangat inilah yang harus dilanggengkan hingga menjadi modal di dunia kerja kelak. “Jika nanti di dunia kerja bersungguh-sungguh, pasti akan mendapat banyak manfaat untuk diri sendiri yang menjadi nilai jual agar dihargai orang lain,” pungkas Alumnus Departemen Teknik Perkapalan ITS ini.
Untuk melihat produk lain, silahkan buka tautan berikut : Produk Infrastruktur
Source : its.ac.id