Teknologi pertanian juga kian canggih, hal ini tentu memiliki dampak yang postif bagi para petani. Dengan bantuan teknologi pertanian, efektifitas penanaman, perawatan, hingga panen bisa lebih meningkat. Selain itu, biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani semakin menurun dengan hasil produksi yang meningkat.
Ketahui apa saja teknologi pertanian yang digunakan di Indonesia melalui artikel ini!
- Transplanter
Teknologi pertanian transplanter direkomendasikan oleh Litbang (Penelitian dan pengembangan) Kementerian Pertanian untuk memberikan jarak yang pas antar padi yang ditanam. Konsep teknologi pertanian ini menganut sistem jajar legowo dari Jawa Timur dalam proses penanaman padi. Transplater dipercaya bisa meningkatkan produksi padi hingga 30%. Jarak yang tepat antar padi lebih memudahkan petani dalam hal perawatan.
Rice transplanter adalah jenis mesin penanam padi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus dengan umur tertentu, pada are al tanah sawah kondisi siap tanam, mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oeh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung. Rice transplanter di negara Korea mulai direkayasa pada tahun 1966 dan baru menghasilkan prototipe transplanter manual sistem dapok pada tahun 1971, sebagai model untuk pengembangan transplanter ke depan. Namun demikian alsin ini kurang berkembang karena masuknya power rice transplanter yang kapasitasnya jauh lebih besar. Beberapa pabrikan Korea yang memproduksi rice transplanter yaitu seperti Kukje Machinery, Tongyang Molsan, Daedong Machinery.
Di negara China penyebaran dan pengembangan rice transplanter secara besar-besaran untuk provinsi Jiangsu Dimulai pada tahun 2001 diawali kerjasama dengan negara Korea Selatan. Kerjasama dengan Korea ditujukan untuk menghasilkan prototipe rice transplanter yang adaptable, biaya operasional murah. Harga jual 1 unit rice transplanter 4 row sebesar 20.000 yuan (Rp 26.000.000).
Penggunaan rice transplanter di Indonesia mempunyai prospek yang cukup baik, melihat usaha jasa alat mesin pertanian (UPJA) yang telah berjalan baik di Indonesia dan penggunaan rice transplanter ini ke depan akan menjadi kebutuhan petani padi dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut.
Pada tahun 2000 sampai dengan 2002 dilakukan kerjasama teknik dengan beberapa perusahaan Korea seperti Tongyang Molsan (TYM) dan Jepang yaitu Kubota untuk mendesain dan memproduksi rice transplanter di China.
Hasil kerjasama teknik pengembangan proptotipe rice transplanter dengan korea menghasilkan rice transplanter seperti pada gambar 2 di bawah. Beberapa keungggulan teknik rice transplanter ini adalah memiliki manuver lincah, lebih ringan, mudah dioperasikan, serta ketahanan kerja cukup baik.
Di Indonesia penggunaan rice transplanter sudah dimulai cukup lama sekitar tahun 1986 dengan teknologi rice transplanter dari Jepang yang dikomandoi oleh Balai Benih Padi di beberapa daerah. Hasil dilapangan dapat dikatakan secara teknik apabila SOP pengolahan tanah , penyiapan bibit dan perawatan dilakukan dengan benar menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dibanding tanam dengan tangan.
Namun saat itu alsin ini kurang berkembang di Indonesia sebab hasil evaluasi secara ekonomis, kurang layak karena harga beli (purchase cost) sangat tinggi sesuai standar harga di Jepang.
Dengan berkembangnya rice transplanter di negara Korea dan Taiwan beberapa konsumen dan lembaga pemerintah mencoba memasukkan teknologi rice transplanter dari Korea dan Jepang dimulai tahun 2000. Berbeda dengan teknologi rice transplanter dari Jepang, teknologi dari Korea dan Taiwan secara ekonomis lebih menguntungkan karena harga beli (purchase cost) lebih rendah.
Seiring berkembangnya sektor industri di Indonesia terutama pada wilayah perkotaan juga mempengaruhi ketersediaan tenaga tanam padi sawah pada daerah marginal. Meskipun belum ada hasil penelitian (survey) yang dilakukan yang menunjukkan tenaga tanam akan semakin sulit didapatkan pada 10 – 15 tahun ke depan, namun secara visual dapat dilihat bahwa tenaga tanam padi sawah yang umumnya didominasi wanita saat ini komposisi (lebih 90 %) usianya diatas 50 tahun.
Hal tersebut menunjukkan minat generasi muda untuk menjadi tenaga tanam sudah berkurang, prediksi 10 sampai 15 tahun kedepan beberapa daerah sentra produksi padi akan mengalami kesulitan tenaga tanam padi sawah.
Analisa ekonomi penggunaan traktor tangan untuk pengolahan tanah dengan sistem sewa jasa (UPJA) cukup layak dan menguntungkan asalkan luasan garapan olah minimal per tahunnya tercapai sekitar 30 ha. Sebagai perbandingan rice transplanter harga beli 40 juta setara dengan 2,2 kali lipat harga beli traktor roda dua, kapasitas rice transplanter 5 jam / ha ( 1 ha/hari) atau setara 2 kali lipat kapasitas traktor tangan, sehingga dari perbandingan nilai tersebut secara ekonomi ada peluang bagi rice transplanter untuk dioperasikan dengan sistem sewa jasa (UPJA) seperti traktor tangan.
- Indo combine harvester
Dengan menggunakan teknologi pertanian indo combine harvester petani akan dimudahkan dalam urusan panen padi mulai dari pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, hingga pengantongan. Dengan indo combine harvester, Anda tidak lagi membutuhkan banyak orang untuk memanen padi, karena satu mesin ini hanya butuh tiga orang saja, dengan kapasitas kerja empat sampai enam jam per hektar.
Teknologi ini akan semakin baik performanya jika digunakan pada lahan yang basah. Indo combine transplanter memiliki gaya tekan ke permukaan tanah 0.13kg/cm2, memperkecil kemungkinan bagi mesin untuk terperosok dalam tanah. Hebatnya lagi, teknologi pertanian ini mampu menghasilkan gabah dengan tingkat kebersihan 99.5%.
- Mesin pemilah bibit unggul
Bibit unggul akan menghasilkan tanaman dengan kualitas yang baik pula. Jika dulunya petani tidak bisa menentukan bibit mana yang akan menghasilkan tumbuhan terbaik, kini dengan teknologi pertanian, hal tersebut bisa diketahui. Penggunaan mesin pemilah bibit unggul ini banyak digunakan oleh perusahaa penyedia bibit.
Misalnya saja pemilihan bibit jagung hibrida. Bibit jagung ini memiliki kualitas yang terbaik, Tanaman yang akan dihasilkan akan memiliki kualitas tonggol unggul dan biji jagung yang semakin banyak. Dengan adanya mesin pemilah bibit unggul, tentu Anda sebagai petani tidak perlu lagi khawatir menanam bibit dengan kualitas yang buruk.
- Alat pengering kedelai
Teknologi pertanian ini sangat membantu Anda untuk mencegah penurunan kualitas kedelai akibat proses pengeringan yang terlambat. Dengan alat pengering ini, proses pengeringan kedelai yang biasanya berlangsung selama delapan hari, bisa dipersingkat menjadi satu hari saja. Tak hanya itu saja, mesin ini juga akan meningkatkan daya tumbuh benih kedelai hingga 90.3%.
- Instalasi pengolah limbah
Limbah ternak seringnya tidak terkelola dengan baik oleh para petani. Padahal, limbah ternak ini bisa dimanfaatkan untuk hal yang lebih baik. Daripada mencemari lingkungan, lebih baik limbah ini digunakan untuk pupuk organik. Jika Anda tidak memiliki banyak waktu untuk mengolah sendiri limbah menjadi pupuk, ada instalasi pengolah limbah. Dengan mengggunakan instalasi pengolah limbah, barang yang awalnya tidak bermanfaat bisa diubah menjadi pupuk organik dan biogas.
Semua teknologi pertanian di atas sengaja dirancang dan dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi kerja petani. Di samping itu, penggunaan teknologi pertanian tersebut membuktikan bahwa petani zaman sekarang bisa go digital seiring dengan perkembangan teknologi.