Produksi Pertanian Meningkat dengan Modernisasi
Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Menteri Andi Amran Sulaiman memiliki program Pengembangan Pertanian Modern untuk menyejahterakan petani. Kebijakan pemerintah yang mengutamakan keberpihakan kepada petani ini dicirikan dengan penggunaan alat dan mesin pertanian ( alsintan) secara masif, mulai dari pengolahan lahan sampai dengan tahap panen dan pasca-panen. Dengan demikian, kegiatan usaha pertanian berubah dari sistem tradisional menuju pertanian yang modern (modernisasi pertanian).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, modernisasi pertanian mutlak dilakukan untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat berbasis pertanian. Presiden Tinjau Alsintan Buatan Pindad di Penas KTNA Aceh Hingga kini, Kementan telah menggelontorkan ribuan alat dan mesin pertanian (alsintan) ke seluruh pelosok Tanah Air. “Ini merupakan pertama dalam sejarah dan menjadi rekor terbanyak sepanjang sejarah pertanian Indonesia,” kata Amran dalam pernyataan tertulis, Sabtu (21/7/2018).
Bantuan meningkat Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman(Dok. Humas Kementan) Sejak 2015, Kementan telah memberikan bantuan alat dan mesin pertanian dalam jumlah yang cukup besar. Sepanjang 2010 hingga 2014, jumlah bantuan alsintan yang dibagikan tidak lebih dari 50.000 unit. Sedangkan, pada periode 2015 hingga 2017 jumlah bantuan alsintan berbagai jenis yang dibagikan pemerintah kepada petani masing-masing berjumlah 157.493 unit, 110.487 unit, dan 321.000 unit atau naik lebih dari 600 persen. “Demikian juga pada tahun 2019, bantuan alsintan tetap akan diberikan kepada petani,” katanya. 2016, Kementerian Pertanian Berikan Bantuan 100.000 Unit Alat Pertanian Amran menilai, modernisasi pertanian melalui penggunaan alsintan dari aspek ekonomi secara signifikan terbukti mampu meningkatkan produktivitas komoditas pangan dan pendapatan keluarga petani.
Dengan begitu, proses produksi beras bisa lebih efisien. Melalui penggunaan alsintan pada setiap tahap kegiatan produksi, panen dan pasca-panen mampu menghemat biaya pengolahan tanah, biaya tanam, biaya penyiangan, dan biaya panen karena sebagian besar tenaga kerja sudah diganti oleh penggunaan alsintan yang jauh lebih efisien. Mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang tengah mencoba alat untuk menanam padi di areal persawahan yang berada di Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember,
Rabu (23/5/2018)(KOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI) Hal ini sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo bahwa modernisasi pertanian saat ini dibutuhkan agar kehidupan petani lebih sejahtera. “Presiden berharap yang dikerjakan bukan hanya menanam atau mencari benih atau memupuk saja, tapi setelah pascapanen tersebut keuntungannya yang lebih besar. Jadi setelah konsolidasi, bagaimana mengkorporasikan petani dalam jumlah besar,” ujar Amran. Efisiensi Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian I Ketut Kariyasa menjelaskan, penggunaan traktor roda 2 dan roda 4 mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dari 20 orang menjadi 3 orang/hektar (ha).
Selain itu, biaya pengolahan tanah menurun sekitar 28 persen. Penggunaan rice transplanter mampu menghemat tenaga tanam dari 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha. Dengan demikian, biaya tanam menurun hingga 35 persen serta mempercepat waktu tanam menjadi 6 jam/ha. Begitu pula penggunaan combined harvester mampu menghemat tenaga kerja dari 40 orang/ha menjadi 7,5 orang/ha dan menekan biaya panen hingga 30 persen. “Bahkan menekan kehilangan hasil dari 10,2 persen menjadi 2 persen, serta menghemat waktu panen menjadi 4 sampai 6 jam/ha,” jelasnya.
Anggaran Pengadaan Alat Mesin Pertanian Tembus Rp 2,9 Triliun Ketut mengungkapkan, berdasarkan perhitungan sederhana, penggunaan alsintan mulai dari olah sawah hingga panen dapat menekan biaya produksi padi sebesar 6,5 persen dan meningkatkan produksi sebesar 33,8 persen (dari 6,0 ton GKP/ha menjadi 8,1 ton GKP/ha). Masing-masing, ia melanjutkan, bersumber dari penurunan kehilangan hasil sebesar 10,9 persen karena menggunakan combine harvester, peningkatan produktivitas 11,0 persen akibat penggunaan transplanter yang mendorong petani menerapkan sistem tanam jajar legowo (jarwo), dan peningkatan produktivitas 11,9 persen akibat penggunaan input lainnya yang membaik. “Artinya mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani mencapai 80 persen, dari Rp 10,2 juta/ha/musim menjadi Rp 18,6 juta/ha/musim,” ujarnya.
Penghasilan Sektor Pertanian Lebih Menggiurkan Modernisai pertanian juga dapat mendorong minat masyarakat khususnya generasi muda terhadap dunia pertanian. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyerahkan bantuan 280 alat mesin pertanian (alsintan) untuk para petani Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dari total 2.000 alsintan yang diberikan untuk Sumatera Selatan. (Dok Kementan) Jika sebelumnya pertanian dipandang sebelah mata sebagai pekerjaan untuk orang yang kurang pendidikan dan miskin, bekerja penuh lumpur di bawah terpaan sinar matahari serta lebih banyak mengandalkan kerja otot. “Akan tetapi saat ini profesi petani modern merupakan pekerjaan yang menjanjikan dan dapat ditekuni secara profesional serta tidak lagi mengandalkan otot saja,“ tutur Ketut Pendapatan yang diperoleh sebagai petani tidak kalah menariknya dan bahkan lebih besar dari upah atau gaji dari seseorang yang bekerja pada sektor non-pertanian. “Pada kondisi seperti ini, tanpa perlu didorong, petani dengan sendirinya akan terus bersemangat untuk berproduksi,” kata Ketut.
Source : Kompas